Kamis, 01 Maret 2012

Latar belakang, kurikulum, dan ruang lingkup pembelajaran tematik


PEMBELAJARAN TEMATIK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah
“Pembelajaran Tematik”


Disusun Oleh :
WAHYU WULANDARI                 210609028
Dosen Pengampu: 
Kurnia Hidayati
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PGMI (A)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO
2012




BAB I
PENDAHULUAN

            Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas 1-3 untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa 2 jam pelajaran. Istilah kurikulum adalah semua pengalaman yang dimiliki siswa-siswi dengan bantuan sekolah. Ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran inti pada kelas 1, 2, dan 3 MI atau SD.
           
RUMUSAN MASALAH
1.      Latar belakang pembelajaran tematik
2.      Kurikulum pembelajaran tematik
3.      Ruang lingkup























BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.
Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman Kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk Taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % Peserta didik berada pada pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.
B. Kurikulum Pembelajaran Tematik
                        Model kurikulum pembelajaran terpadu menurut beberapa ahli kurikulum menyatakan bahwa yang termasuk dalam pembelajaran tematik meliputi sebagai berikut:
1.         Pengorganisasian Kurikulum
Pengorganisasian kurikulum pembelajaran tematik merupakan perpaduan antara dua kurikulum atau lebih sedemikian hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh, dan dalam aplikasi pada kegiatan pembelajaran diharapkan dapat menggairahkan proses pembelajaran serta pembelajaran menjadi lebih bermakna karena senantiasa mengaitkan dengan kegiatan praktis sehari-hari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Istilah kurikulum di sini dapat berarti semua pengalaman yang dimiliki siswa-siswi dengan bantuan sekolah (Hand,1958 dalam Koestantoniah,1998). Pengertian kurikulum yang lebih khusus disampaikan oleh Soedjadi dalam Darwin (2001) yang menyatakan bahwa kurikulum adalah sekumpulan pokok-pokok materi ajar yang direncanakan untuk memberi pengalaman tertentu kepada siswa-siswi agar mampu mencapai tujuan yang ditetapkan.
2.         Klasifikasi Pengintegrasian Tema
Secara umum pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) klasifikasi pengintegrasian kurikulum, yakni:
1.                  Pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu
Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menautkan dua atau lebih bidang ilmu yang serumpun.

2.                  Pengintegrasian beberapa disiplin ilmu
Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menautkan antar disiplin ilmu yang berbeda.
3.                  Pengintegrasian di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu
Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang paling kompleks karena menautkan antar disiplin ilmu yang serumpun sekaligus bidang ilmu yang berbeda.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I – III Sekolah Dasar, yaitu: Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan.














                                                                        BAB III
     KESIMPULAN
A.    Latar belakang pembelajaran tematik
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa.
B.     Model kurikulum pembelajaran tematik
Model kurikulum pembelajaran terpadu menurut beberapa ahli kurikulum menyatakan bahwa yang termasuk dalam pembelajaran tematik meliputi sebagai berikut:
1.      Pengorganisasian kurikulum
2.      Klasifikasi pengintegrasian tema
C.     Ruang lingkup
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I – III Sekolah Dasar.
















DAFTAR PUSTAKA


2 Buku paket tematik